Namun, semua tidak semudah menghirup udara kemudian membuangnya. Hidup tak sesederhana itu. Mimpi pun tak semudah itu untuk diraih.
Akan tetapi, bukankah tidak ada hasil yang mengkhianati usaha?
Dan inilah kisah tokoh inspiratif disabilitas Indonesia yang mampu membuat saya terharu, semangat, sekaligus berterima kasih telah menjadi pahlawan disabilitas bagi sesama.
MENGENAL KLASIFIKASI TUNANETRA
Hari itu, langit begitu syahdu. Aroma petrichor dari hujan semalaman juga masih tercium jelas. Meski cuaca sangat mendukung agar kembali meloncat ke atas kasur, namun ada satu pemandangan yang menarik perhatian.
Sekilas tampak seperti orang normal, namun jika diamati dengan seksama, sungguh menakjubkan dan bikin penasaran.
Saya yang sedang duduk kedinginan di tempat biasa wali murid menunggu sekolah anak usai, merasa penasaran ketika melihat dari kejauhan, ada seorang guru pria baya yang baru saja turun dari ojek langganan.
Sekilas, guru itu bergerak leluasa dan layaknya pelanggan ojek pada umumnya –membayar ongkos, mengucap terimas kasih, kemudian berlalu pergi.
Eh, “Tapi kok jalannya gitu?” gumamku dalam hati. Dan betapa terkejutnya ketika mengetahui bahwa beliau adalah penyandang tunanetra. “Oh, pantas saja setiap gerakannya sangat hati-hati.”
Hari-hari berikutnya, saya jadi lebih mengamati beliau. Selalu tertarik dan merasa penasaran bagaimana seorang disabilitas menjalani hari tanpa halangan berarti.
Hingga pada suatu hari, saat rasa penasaran mengikis habis keingintahuan, saya menemui beliau di kelas MDVI –kelas tempatnya mengajar. Setelah mengutarakan maksud dan tujuan menghampiri beliau. Dengan tangan terbuka, beliau mempersilahkanku mengajukan beberapa pertanyaan, yang kemudian mengalir menjadi obrolan akrab dan saling menyemangati.
Yups, beliau adalah Pak Rachman. Nama lengkapnya, Rachman Hadi. Seorang disabilitas netra sekaligus tenaga pengajar di sebuah lembaga pendidikan layanan khusus. Lebih tepatnya, guru di Sekolah Luar Biasa tempat adik saya -Nia- menuntut ilmu.
Dari obrolan yang panjang itulah kemudian saya tahu, jika pak Rachman mengalami kebutaan berat. Atau dalam bahasa medisnya dikenal dengan totally blind, yaitu sama sekali tidak adanya kemampuan daya penglihatan.
Menurut artikel yang saya baca di Liputan6.com, ada 3 kategori jenis tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatannya:
- Tunanetra ringan atau low vision. Suatu keadaan dimana pengidapnya masih dapat melihat seberkas cahaya. Atau menurut penjelasan pak Rachman, masih ada sisa penglihatan yang tertinggal. Artinya tidak gelap gulita
- Tunanetra setengah berat atau partially sighted, yaitu kondisi dimana seseorang kehilangan sebagian daya penglihatannya namun dapat diatasi dengan bantuan kaca pembesar atau tulisan bercetak tebal
- Tunanetra berat atau totally blind. Yaitu, hilangnya kemampuan daya penglihatan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Masih menurut pak Rachman, hal ini bisa dipengaruhi oleh kondisi ibu ketika hamil, kerusakan kromosom maupun akibat penyakit tertentu seperti glukoma
ADAKAH PERAN KELUARGA?
Sehari-hari, sebagai tokoh disabilitas, pak Rachman melakukan berbagai kegiatan seperti orang normal pada umumnya. Meski memiliki keterbatasan dan tidak dapat bergerak dengan leluasa, namun berkat orientasi mobilitas yang benar, beliau bisa pergi ke masjid dengan selamat, mengajar di sekolah tanpa tongkat, memesan GoJek dengan baik serta kerap menggunakan aplikasi synchronous, seperti; zoom dan microsoft teams saat pembelajaran dalam jaringan selama masa darurat Covid-19.
Di lingkungan keluarga, posisi pak Rachman sedikit berbanding terbalik dengan perannya sebagai guru sekaligus praktisi yang begitu menginspirasi. Beliau kerap dikucilkan hingga dianggap tak kasat mata. Ketidakberuntungan yang didapat sejak lahir membawa beliau jauh dari hangatnya pelukan keluarga.
Padahal, ketunaan itu sendiri sudah sangat menyiksa. Bagaimana jika ditambah dengan perasaan cemas dan depresi akibat sikap negatif dari keluarga? Sudah pasti harga diri nya akan hilang, tergantikan dengan rasa putus asa yang begitu dalam.
Beruntungnya, pak Rachman mampu melewati banyak kesedihan tersebut dengan selalu berpikir positif. Ketidakberdayaan akibat disfungsi visual menjadikan pak Rachman semakin semangat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peran keluarga yang tadinya sangat diharapkan namun tidak didapat, justru menjadikan pak Rachman seseorang yang memiliki daya juang tinggi hingga dikenal sebagai tokoh inspiratif disabilitas Indonesia.
Tak apa kata beliau. Jika kuda yang dicambuk saja bisa berlari semakin kencang, tidak mungkin beliau malah meratapi nasib. Apalagi dengan kondisi yang tidak memiliki support system. Itu pula yang menjadi dasar pak Rachman dalam mendidik tegas murid-muridnya. Beliau tidak ingin, apa yang beliau alami kembali terjadi kepada siswa-siswi tercintanya.
MENJADI BINTANG YANG BERSINAR
Berangkat dari tekad itulah akhirnya pak Rachman berhasil menjadi seseorang yang lebih dihargai.
Kini, pak Rachman telah berhasil menaklukkan ketunaan tersebut. Merubah kenelangsaan hidup menjadi kesuksesan bukanlah hal yang mudah.
Keberhasilan yang mampu beliau capai, butuh berkali-kali kegagalan juga air mata. Support system yang jauh dari harapan rupanya tak menyurutkan tekad pak Rachman untuk menjadi bintang yang bersinar. Dan terbukti, gelar S.Pd pun sudah didapat.
Buku berisi pengalaman serta pendampingan yang beliau tulis juga akan segera terbit. Menjadi Ketua Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia daerah Jember adalah salah satu dari beberapa prestasi yang pernah beliau raih.
Tidak hanya itu, predikat Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tersemat cantik di akhir namanya – Rachman Hadi, S.Pd- mampu membuat pak Rachman menjadi seseorang yang kini disegani.
Ibarat kata, pak Rachman itu, adalah The Real Inspirational People (RIP). Walau penglihatannya tidak sempurna, beliau tidak pernah menjadikan kekurangan tersebut sebagai kambing hitam untuk bermalas-malasan. Yang ada, justru kekurangan itu disulap menjadi sesuatu yang “wow” dan jika dilihat dengan mata normal, rasanya... mustahil bisa dilakukan oleh seorang tunanetra.
Melalui kisah inspiratif ini, saya ingin semua yang membaca menjadi termotivasi untuk berpikir lebih terbuka, bahwasannya, sekalipun dunia tidak berpihak pada kita. Ingatlah, alam semesta dan seluruh isinya itu milik Yang Maha Kuasa.
Takdirnya adalah yang paling indah. Skenario Nya adalah yang terbaik.
Tidak apa-apa merasa kerdil, tidak masalah berkeluh kesah. Namun berlama-lama menjadi lemah itu yang tidak boleh. Hidup itu butuh action, bukan hanya kata-kata motivasi yang ditempel di dinding, sekali dibaca kemudian dilupakan begitu saja, tanpa arti yang berguna.
Apalagi jika alam sudah berkonspirasi, akan selalu ada jalan menuju angkasa. Dan itu hanya bisa ditemukan oleh orang-orang bermental baja.
RIP Pak Rachman. Real Inspirational People!
Bagi siapa saja yang membaca kisah ini dan ingin mengenal sosok tokoh inspiratif disabilitas Indonesia lebih dekat, feel free to get in touch, ya. Bisa melalui media sosial di bawah ini:
Instagram: @rachmanjember |Youtube: Sahabat Netra Jember
So, keep spirit and stay strong Teman-teman. Menangislah walau dalam diam, tapi jangan lama-lama. Tunjukkan pada dunia jika keterbatasan tidak akan menjadi penghalang dalam meraih cita-cita. Ditunjang dengan kecanggihan teknologi yang kini dapat diakses dengan mudah oleh penyandang disabilitas, maka jika pak Rachman bisa, semua teman-teman difabel pun juga harus bisa. Semangat pahlawan disabilitas!
Sumber:
- https://www.liputan6.com/disabilitas/read/4370787/4-klasifikasi-tunanetra-berdasarkan-jenis-kelainan-hingga-waktu-terjadinya
- https://puspensos.kemensos.go.id/pengasuhan-anak-tuna-netra
Foto: Dokumen pribadi atas izin yang bersangkutan
Disclaimer: Kisah ini pernah diikutsertakan dalam lomba Student at Home Challence IPB 2022
Luar biasa perjuangan Pak Rachman. Dengan ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, Allah senantiasa menjaganya dengan baik. Bahkan Beliau bisa menjadi pengajar di salah satu sekolah kebutuhan khusus.
ReplyDeleteBerkat artikel super keren ini, saya jadi tau ternyata ada 3 jenis tingkatan tunanetra. Saya pikir sama saja.
Luar biasa Pak Rahman, ya. Dalam keterbatasannya masih bisa jadi berkat buat banyak orang.
ReplyDeleteJustru orang orang seperti ini seharusnya mendapatkan banyak penghargaan dari Pemerintah ya karena dengan keterbatasan mereka tetap bisa bergerak melayani dan menunaikan kewajiban
ReplyDeleteMasya Allah..
ReplyDeleteLuar biasa semangat dan perjuangan pak Rahman yang seperti mba tulis memanglah tidak mudah. Kisah hidupnya luar biasa.
Sangat patut di apresiasi.
Semoga pak Rahman selalu dalam lindungan Tuhan dan berada dalam lingkungan orang orang baik ya mba
Innalillahi wainnailaihi rojiun, masyaAllah, tak mengenal sosok beliau tapi dari membaca ini insyaallah pak rachman orang baik, semoga gurunda mendapatkan surga terbaik, aamiin. Salut dengan beliau, walaupun keluarga mengucilkan tapi ia tetap membuktikan ke dunia luar kalau bisa tetap menginspirasi, keren.
ReplyDeleteInnalilahi wainnailaihi rojiun semoga segala amal beliau di terima di sisinya
ReplyDeleteMasyaAllah mbaa, semoga pak Rahman selalu diberi kesehatan dan juga keberkahan di dunia dan akhirat yaa, terharu banget baca kisah beliau di sini
ReplyDeleteSubhanallah, sungguh kisah yang sangat inspiratif mbak
ReplyDeleteDari pak Rachman, kita belajar bahwa keterbatasan bukan jadi penghalang untuk terus bermanfaat bagi banyak orang
Masya Allah, bergetar dan haru membaca kisah Pak Rachman. Benar2 the real inspiration
ReplyDeleteDi tengah ketrbatasannya beliau tdk menyerah pada hidup dan tetap melakukan yg terbaik pula sebagai tenaga pendidik di Sekolah Luar Biasa.semoga Allah selalu memberi keberkahan utk beliau
Masyallah.. Inspiratif banget pas rachman. Aku merasa terharu. Sehat-sehat ya Bapak.. Aku salut banget sama bapak yang bisa berdamai dengan diri sendiri dan malah memacu diri buat sukses ke depan ya. Keren!
ReplyDeleteKalau sudah begini rasanya minder sekali. Berasa apa ya. Sedangkan beliau yang memiliki kekurangan saja punya tekad yang tinggi. Masa kita yang segalanya normal dan lengkap bisa cepet menyerah. Kan nggak lucu.
ReplyDeletejujur aq salut dengan perjuangan pak Rahman ini mbak, selama ini kita yang punya keadaan normal belum tentu punya semangat dan ketegaran seperti yang pak Rahman miliki. dan semoga pak Rahman selalu mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah
ReplyDeleteBarakallahu fiik, Pak Rachman.
ReplyDeleteDengan semua dedikasi beliau, pendidikan menjadi penerang bagi para anak-anak tuna netra di Jember.
Semoga Pak Rachman senantiasa diberkahi ilmu dan kesehatan untuk terus menjadi secercah cahaya.
Saya sealalu percaya, setiap manusia punya kekurangan pasti punya kelebihan spesial. Bahkan disabilitas netra sekali pun, tak tanggung-tanggung prestasinya juga banyak dan menginspirasi banyak orang.
ReplyDelete"Beliau kerap dikucilkan hingga dianggap tak kasat mata. Ketidakberuntungan yang didapat sejak lahir membawa beliau jauh dari hangatnya pelukan keluarga."
ReplyDeleteya ampun :-(
Subhanallah, pak Rachman keren banget sangat menginspirasi. keterbatasan gak jadi penghalang untuk berkarya ya
ReplyDeleteterima kasih ya mba sudah dikenalkan dengan pak rahman. saya yakin di berbagai kota lain masih ad ayang seperti beliau, hanya saja belum kita ketahui.. banyak pahlawan disalibitas di sekitar kita.
ReplyDeleteRIP Pak Rachman 🥲 ikut terharu baca cerita dan perjuangannya. Semoga bisa menginspirasi yang lainnya untuk melakukan hal yang sama 🥲
ReplyDelete